Roisul Aula " Makalah Teori Kognitif Menurut James S.Brunner"
PEMBELAJARAN MOTORIK
(Teori Kognitivisme
Menurut James S.Brunner)
MAKALAH
Oleh :
Roisul Aula
: 168010040
Sulistiono :
168010063
Ahsan NK
: 168010031
M
Dawam : 168010049
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PJKR
2017
TEORI
KOGNITIVISME MENURUT JAMES S.BRUNNER
I.
PENDAHULUAN
Tujuan
belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian
hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih
mudah. Hal ini dikenal sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam
situasi tertentu memungkinkan kita untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah
yang menjadi inti dalam proses belajar.
Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan sendiri akan menimbulkan sikap demikian.
Untuk itu penulis akan mengemukakan salah satu metode belajar yakni teori belajar Jerome Bruner yang sekiranya mampu mengatasi hal-hal diatas.
Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan sendiri akan menimbulkan sikap demikian.
Untuk itu penulis akan mengemukakan salah satu metode belajar yakni teori belajar Jerome Bruner yang sekiranya mampu mengatasi hal-hal diatas.
1
II.
PERMASALAHAN
Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai :
1. Teori
Kognitivisme Menurut Jerome S.Brunner.
2. Proses
Belajar Menurut S.Brunner.
3. Teori
Pengajaran dan Alat Mengajar Menurut Jerome S.Brunner.
4. Implikasinya.
2
III.
PEMBAHASAN
A.
Teori Kognitivisme Menurut Jerome S.Brunner
Dalam pandangannya Belajar yang terpenting
adalah cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan menstranformasi
informasi secara efektif. Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang
dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya
sesudah memperoleh informasi yang diskret itu mencapai pemahaman yang
memberikan kemampuan padanya. Penerapan teori Bruner
yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi
pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar
yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.
Dapat disimpulkan pada intinya
belajar menurut Bruner adalah terdapat suatu proses, tidak terjadi begitu saja.
Proses tersebut, ialah bagaimana mengolah informasi yang diterima secara baik
B.
Proses Belajar Menurut Jerome
S.Brunner
Menurut
Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni ;
3
(1) informasi,
(2) transformasi
(3) evaluasi (pengkajian pengetahuan).
Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.
Transformasi, informasi itu harus dianalisis diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu bisa dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar, ketiga episode selalu ada. Yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasikan. Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.
Teori belajar bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan
Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.
Transformasi, informasi itu harus dianalisis diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu bisa dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar, ketiga episode selalu ada. Yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasikan. Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.
Teori belajar bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan
4
kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya,
yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Hal tersebut adalah
proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:
(1) Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
(2) Tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung objek-objek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).
(3) Tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.
(1) Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
(2) Tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung objek-objek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).
(3) Tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.
C.
Teori
Pengajaran Menurut Jerome S.Bruner
Bruner
berpendapat bahwa pengajaran dapat dianggap sebagai (a) hakikat seseorang
sebagai pengenal
5
(b) hakekat dari pengetahuan, dan (c) hakekat
dari proses mendapatkan pengetahuan. Manusia sebagai makhluk yang paling mulia
diantara makhluk-makhluk lain memiliki dua kekuatan yakni akal pikirannya dan
kemampuan berbahasa. Dengan dua kemampuan tersebut maka manusia dapat
mengembangkan kemampuan yang ada padanya. Dorongan dan hasrat ingin mengenal
dan mengetahui dunia dan lingkungan alamnya menyebabkan manusia mempunyai
kebudayaan dalam bentuk konsepsi, gagasan, pengetahuan, maupun karya-karyanya.
Kemampuan yang ada dalam dirinya mendorongnya untuk mengekspresikan apa yang
telah dimilikinya.
Kondisi dan karakteristik tersebut hendaknya melandasi atau dijadikan dasar dalam mengembangkan proses pengajaran. Dengan demikian guru harus memandang siswa sebagai individu yang aktif dan memiliki hasrat untuk mengetahui lingkungan dan dunianya bukan semata- mata makhluk pasif menerima apa adanya.
Selanjutnya bruner berpendapat bahwa teori pengajaran harus mencakup lima aspek utama yakni:
a) Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar
Bruner melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek mengajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan untuk membentuk pola-pola pemikiran manusia. Kefektifan belajar tidak hanya mempelajari bahan-bahan pengajaran tetapi juga belajar berbagai cara bagaimana memperoleh informasi dan memecahkan masalah.
Kondisi dan karakteristik tersebut hendaknya melandasi atau dijadikan dasar dalam mengembangkan proses pengajaran. Dengan demikian guru harus memandang siswa sebagai individu yang aktif dan memiliki hasrat untuk mengetahui lingkungan dan dunianya bukan semata- mata makhluk pasif menerima apa adanya.
Selanjutnya bruner berpendapat bahwa teori pengajaran harus mencakup lima aspek utama yakni:
a) Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar
Bruner melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek mengajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan untuk membentuk pola-pola pemikiran manusia. Kefektifan belajar tidak hanya mempelajari bahan-bahan pengajaran tetapi juga belajar berbagai cara bagaimana memperoleh informasi dan memecahkan masalah.
6
Oleh
sebab itu diskusi, problem solving, seminar akan memperkaya pengalaman siswa
dan mempengaruhi cara belajar.
b) Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal
Tujuan terakhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah pemahaman terhadap struktur pengetahuan. Mengerti struktur pengetahuan adalah memahami aspe-aspeknya dalam berbagai hal dengan penuh pengertian. Tugas guru adalah member siswa pengertian tentang struktur pengetahuan dengan berbagai cara sehingga mereka dapat membedakan informasi yang berarti dan yang tidak berarti.
c) Spesifikasi mengurutkan penyajian bahkan pelajaran untuk dipelajari siswa
Mengurutkan bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya mempertimbangkan criteria sebagi berikut; kecepatan belajar, daya tahan untuk mengingat, transfer bahwa yang telah dipelajari kepada situasi baru, bentuk penyajian mengekspresikan bahan-bahan yang telah dipelajari, apa yang telah dipelajarinya mempunyai nilai ekonomis, apa yang telah dipelajari memilii kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan baru dan menyusun hipotesis.
d) Peranan sukses dan gagal serta hakekat ganjaran dan hukuman
Ada dua alternative yang mungkin dicapai siswa manakala dihadapkan dengan tugas-tugas belajar yakni sukses dan gagal.
b) Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal
Tujuan terakhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah pemahaman terhadap struktur pengetahuan. Mengerti struktur pengetahuan adalah memahami aspe-aspeknya dalam berbagai hal dengan penuh pengertian. Tugas guru adalah member siswa pengertian tentang struktur pengetahuan dengan berbagai cara sehingga mereka dapat membedakan informasi yang berarti dan yang tidak berarti.
c) Spesifikasi mengurutkan penyajian bahkan pelajaran untuk dipelajari siswa
Mengurutkan bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya mempertimbangkan criteria sebagi berikut; kecepatan belajar, daya tahan untuk mengingat, transfer bahwa yang telah dipelajari kepada situasi baru, bentuk penyajian mengekspresikan bahan-bahan yang telah dipelajari, apa yang telah dipelajarinya mempunyai nilai ekonomis, apa yang telah dipelajari memilii kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan baru dan menyusun hipotesis.
d) Peranan sukses dan gagal serta hakekat ganjaran dan hukuman
Ada dua alternative yang mungkin dicapai siswa manakala dihadapkan dengan tugas-tugas belajar yakni sukses dan gagal.
7
Sedangkan
dua alternative yang digunakan untuk mendorong perbuatan belajar adalah
ganjaran dan hukuman. Ganjaran penggunaannya dikaitkan dengan keberhasilan
(sukses) hukuman dikaitkan dengan kegagalan.
e) Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungn sekolah
Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses menarik kesimpulan dari data yang dapat dipercaya ke dalam suatu hipotesis kemudian menguji hipotesis dengan data lebih lanjut untuk kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah. Ini berarti belajar pemecahan masalah harus dikembangkan disekolah agar para siswa memiliki ketrampilan bagaimana mereka belajar yang sebenarnya. Melaui metode pemecahan masalah akan merangsang berpikir siswa dalam pengertian luas mencakup proses mencari informasi, menggunakan informasi, memanfaatkan informasi untuk masalah pemecahan lebih lanjut.
Berdasarkan pemikiran diatas Bruner menganjurkan penggunaan metode discovery learning, inquiry learning, dan problem solving.
Metode discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning dan expository teaching, dimana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu. Banyak pendapat yang mendukung discovery learning itu, diantaranya J. Dewey (1993) dengan
e) Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungn sekolah
Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses menarik kesimpulan dari data yang dapat dipercaya ke dalam suatu hipotesis kemudian menguji hipotesis dengan data lebih lanjut untuk kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah. Ini berarti belajar pemecahan masalah harus dikembangkan disekolah agar para siswa memiliki ketrampilan bagaimana mereka belajar yang sebenarnya. Melaui metode pemecahan masalah akan merangsang berpikir siswa dalam pengertian luas mencakup proses mencari informasi, menggunakan informasi, memanfaatkan informasi untuk masalah pemecahan lebih lanjut.
Berdasarkan pemikiran diatas Bruner menganjurkan penggunaan metode discovery learning, inquiry learning, dan problem solving.
Metode discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning dan expository teaching, dimana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu. Banyak pendapat yang mendukung discovery learning itu, diantaranya J. Dewey (1993) dengan
8
complete
art of reflective activity atau terkenal dengan problem solving. Ide Bruner itu
ditulis dalam bukunya Process of Education. Didalam buku ini ia melaporkan
hasil dari suatu konferensi diantara para ahli science, ahli sekolah atau
pengajar dan pendidik tentang pengajran science. Dalam hal ini ia mengemukakan
pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk
intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat
permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna,
dan makin meningkat ke arah yang abstrak.
Bruner mendapatkan pertanyaan, bagaimana kita dapat mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif bagi anak yang muda? Jawaban Bruner adalah dengan mengkoordinasikan metode penyajian bahan dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak. Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkat representasi sensori (enactive) ke representasi konkret (iconic) dan akhirnya ketingkat representasi abstrak (symbolic). Demikian juga dalam penyusunan kurikulum.
The act of discovery dari Bruner:
• Adanya suatu kenaikan didalam potensi intelektual
• Ganjaran instrinsik lebih ditekankan daripada ganjaran ekstrensik
• Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning
• Murid lebih senang mengingat-ingat informasi
Bruner mendapatkan pertanyaan, bagaimana kita dapat mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif bagi anak yang muda? Jawaban Bruner adalah dengan mengkoordinasikan metode penyajian bahan dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak. Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkat representasi sensori (enactive) ke representasi konkret (iconic) dan akhirnya ketingkat representasi abstrak (symbolic). Demikian juga dalam penyusunan kurikulum.
The act of discovery dari Bruner:
• Adanya suatu kenaikan didalam potensi intelektual
• Ganjaran instrinsik lebih ditekankan daripada ganjaran ekstrensik
• Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning
• Murid lebih senang mengingat-ingat informasi
9
D.
Alat
Mengajar Menurut Jerome S.Bruner
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat
macam menurut fungsinya antara lain:
1) Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya;
2) Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang;
3) Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala;
4) Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau feedback tentang respon siswa.
Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang penting adalah bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu system yang terintegrasi.
1) Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya;
2) Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang;
3) Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala;
4) Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau feedback tentang respon siswa.
Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang penting adalah bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu system yang terintegrasi.
E.
Implikasi
Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran
Menghadapkan anak pada suatu situasi
yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita
di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya;
10
dan dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dadalam
benaknya
IV.
SIMPULAN
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Belajar yang terpenting adalah cara
bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan menstranformasi informasi secara
efektif
2. Penerapan
teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif
mereka.
3. Menurut
Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni (1)
informasi, (2) transformasi (3) evaluasi (pengkajian pengetahuan).
11
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini
kami sampaikan . Terima kasih atas
perhatiannya. Apabila ada kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kemajuan dan perbaikan bersama. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.academia.edu/6300066/TEORI_BELAJAR_DISCOVERY_LEARNING .
2.
Sujana, Nana. Teori-Teori belajar
untuk Pengajaran. LPFE UI. Jakarta: 1990.
3.
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam
proses belajar mengajar. Bumi Aksara. Jakarta: 1995.
4.
Soemanto, Wasty. Psikologi
Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta: 1998
Komentar
Posting Komentar