Roisul Aula " Makalah Pembelajaran Motorik (Teori Behaviorisme)"
PEMBELAJARAN MOTORIK
(Teori Behaviorisme
Menurut Clark Leonard Hull)
MAKALAH
Oleh :
Roisul Aula
: 168010040
Sulistiono : 168010063
Ahsan NK
: 168010031
M
Dawam : 168010049
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PJKR
2017
TEORI
BEHAVIORISME MENURUT CLARK LEONARD HULL
I.
PENDAHULUAN
Belajar merupakan sebuah kewajiban
bagi manusia. Belajar telah dimulai dari dalam kandungan hingga akhir hayat.
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya, dan aspek yang ada pada individu. Belajar adalah proses yang
diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Sudjana, 2000). Menurut Parwira (2012) belajar sebagai suatu aktivitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Jadi, belajar merupakan sebuah proses perubahan pada diri manusia yang dapat
dapat dilihat dari tingkah lakunya yang merupakan hasil dari pengalaman.
Kegiatan pembelajaran memiliki berbagai masalah-masalah yang memerlukan
solusi. Permasalahan belajar ini dapat diselesaikan dengan pendekatan secara
psikologi. Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan
struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia (Ahmad & Supriyono, 2008).
1
Menurut Iskandar (2012), psikologi adalah “ilmu
mengenai perilaku”, tetapi hal yang menarik pengertian “perilaku” yang telah
mengalami perkembangan sehingga sekarang ikut menangani hal yang pada masa
lampau disebut pengalaman. Jadi, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia yang nampak.
Cabang psikologi yang memgkaji belajar adalah psikologi pendidikan.
psikologi pendidikan memiliki beberapa pendekatan behaviorisme, kognitifisme,
dan humanisme. Kajian pada makalah ini hanya berfokus pada pendekatan
behaviorisme. Pendekatan behavior menitik-beratkan pandangannya pada aspek
tingkah laku lahiriah manusia dan hewan, pendekatan ini melahirkan beberapa
teori–teori belajar. Salah satu teori belajar behaviorisme adalah
Systematic
behavior theory yang diperkenalkan oleh Clark Leonard Hull.
II.
PERMASALAHAN
Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai :
1. Pengertian
Teori Behaviorisme
2. Teori Behaviorisme Menurut Clark Leonard Hull
dan Aplikasinya dalam Pendidikan
2
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme adalah teori
belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon. Teori Behaviorisme merupakan sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal dengan aliran behaviorisme. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori
behaviorisme dengan model hubungan stimulus-respon, mendudukan orang yang
belajar sebagai individu pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenal hukuman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang paling penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupas respon.
Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh
guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
3
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan
sesuatu yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak. Terdapat beberapa
pandangan tokoh-tokoh tentang pendekatan behaviorisme yang dikemukan oleh
beberapa ahli, diantara Pavlov, Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie,
dan Skiner.
B.
Teori Behaviorisme Menurut Clark
Leonard Hull dan Aplikasinya dalam Pendidikan
Sepanjang karirnya, Hull
mengembangkan ide di berbagai bidang psikologi, terutama psikologi belajar,
hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling sering digunakan adalah
eksperimental laboratorium.
Teori belajar Hull
berpusat pada perlunya memperkuat suatu pengetahuan yang sudah ada. Inti
tingkat analisis psikologis adalah gagasan mengenai "variabel
intervensi," yang dijelaskan sebagai "unobservable perilaku."
Hull sangat berkeras dan taat pada metode ilmiah, yaitu dengan rancangan
percobaan yang dikontrol dan analisis data yang diperoleh.
4
Perumusan deduktif dari teori belajar
melibatkan serangkaian postulat yang akhirnya harus diuji oleh eksperimen (Parwira, 2012).
Salah satu aspek dari
pekerjaan Hull adalah pada tes bakat yang akan membuktikan instrumental dalam
perkembangan behaviorismenya. Untuk memfasilitasi penghitungan dari
correlations antara berbagai tes, ia membangun sebuah mesin untuk melakukan
perhitungan, menyelesaikan proyek pada tahun 1925 dengan dukungan dari National
Research Council. Selain dari mesin praktis manfaat, keberhasilan proyek Hull
yang bersifat fisik dengan perangkat yang tepat, susunan komponen yang mampu
melakukan operasi karakteristik dari proses mental tingkat tinggi (Parwira, 2012).
Prinsip-prinsip
utama teorinya (Parwira, 2012):
1. Reinforcement adalah faktor penting
dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi Hull lebih
sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
2. Dalam mempelajari hubungan S - R
yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga
dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor O adalah kondisi internal
dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada
faktor R yang berupa output.
5
3. Proses belajar baru terjadi setelah
keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori Darwin yang
mementingkan adaptasi biologis organisma.
Hypothetico- deductive theory adalah teori belajar yang
dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif. Hull percaya bahwa
pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada teori dan tidak semata-mata
berdasarkan fenomena individual (induktif). Teori ini terdiri dari beberapa postulat
yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak, reinforcement, habit,
reaksi potensial, dan lain sebagainya (Iskandar,
2012).
Teori Hull mengandung struktur postulat dan teorema
yang logis mirip seperti geometri Euclid. Postulat itu adalah pernyataan umum
tentang perilaku yang tidak dapat diverifikasi secara langsung, meskipun
teorema yang secara logis berasal dari postulat itu dapat diuji. Hull
mengajukan enam belas postulat dalam cakupan enam hal yakni sebagai berikut:
1. Tanda-tanda luar yang
mendorong atau membimbing tingkah laku dan representasi neuralnya atau saraf
Ø Postulat 1Impuls saraf afferent dan bekas
lanjutannya
Jika suatu perangsang mengenai reseptor, maka
timbullah impuls saraf afferent dengan cepat mencapai puncak intensitasnya dan
kemudian berkurang secara berangsur-angsur.
6
Sesaat saraf afferent berisi impuls dan diteruskan
kepada saraf sentral dalam beberapa detik dan seterusnya timbul respon. S-R
diubah menjadi S-s-R atau S-s-r-R. Simbol s adalah impuls atau stimulus trace
dalam saraf sensoris, dan simbol r adalah impuls respon yang masih dalam saraf
afferent.
Ø Postulat 2: Interaksi saraf afferent
Impuls
dalam suatu saraf afferent dapat diteruskan ke satu atau lebih saraf afferent
lainnya. R timbul tidak hanya karena satu stimulus, tetapi lebih dari satu S
yang lalu terjadi kombinasi berbagai stimulus. Rumusnya akan berubah menjadi
S-r-R.
2. Respon terhadap
kebutuhan, hadiah, dan kekuatan kebiasaan
Ø Postulat 3: Respon-respon bawaan terhadap kebutuhan
(tingkah laku yang tidak dipelajari)
Sejak
lahir organisme mempunyai hierarki respon penentu kebutuhannya yang timbul
karena ada rangsangan-rangsangan dan dorongan. Respon terhadap kebutuhan
tertentu bukan merupakan respon pilihan secara random, tetapi respon yang
memang ditentukan oleh kebutuhannya, misalnya mata kena debu maka secara
otomatis mata berkedip dan keluar air mata. Jika pola respons bawaan pertama
tidak memenuhi kebutuhan, maka akan muncul pola lainnya. Jika tidak ada satupun
pola-pola perilaku bawaan itu yang efektif dalam memenuhi kebutuhan, maka
organisme harus mempelajari pola respons baru.
Ø Postulat 4: Hadiah dan kekuatan kebiasaan;
kontiguitas dan reduksi dorongan sebagai kondisi-kondisi untuk belajar
7
Kekuatan
kebiasaan akan bertambah jika kegiatan-kegiatan reseptor dan efektor terjadi
dalam persamaan waktu yang menyebabkan hubungan kontiguitif dengan hadiah
pertama dan hadiah kedua. Jika satu stimulus diikuti dengan satu respons yang
kemudian diikuti dengan penguatan, maka asosiasi antara stimulus dan respons
itu akan semakin kuat yang disebut dengan habit strength (kekuatan kebiasaan) [SHR].
Rumusan matematis yang mendeskripsikan hubungan antara SHR dan
jumlah pasangan S dan R yang diperkuat adalah :
SHR = 1 – 10 -0.0305N
N
adalah jumlah pemasangan antara S dan R yag diperkuat. Rumusan ini menghasilkan
kurva belajar yang terakselerasi secara negatif, yang berarti bahwa pasangan
yang lebih dahulu diperkuat memiliki lebih banyak efek terhadap belajar
ketimbang pasangan selanjutnya.
3. Stimulus pengganti
(ekuaivalen)
Ø Postulat 5: Generalisasi (penyamarataan)
Kekuatan
kebiasaan yang efektif timbul karena stimulus lain daripada stimulus pertama
yang menjadi persyaratan bergantung kepada penindakan stimulus kedua dari yang
pertama dalam kesatuan yang terus menerus dari ambang perbedaan, dengan kata
lain yang ingin dibentuk merupakan hasil rata-rata persyaratan stimulus
berikutnya. Generalisasi stimulus ini juga mengindikasikan bahwa pengalaman
sebelumnya akan mempengaruhi proses belajar yang sekarang.
8
Hull menyebutnya sebagai generalized habit
strength (kekuatan kebiasaan yang digeneralisasikan).
4. Dorongan-dorongan sebagai
akitivator respon
Ø Postulat 6: Stimulus dorongan
Hubungan
dengan tiap-tiap dorongan adalah stimulus dorongan karakteristik yang
intensitasnya meningkat dengan kekuatan dorongan. Contohnya bibir dan
tenggorokan kering yang mengiringi dorongan haus.
Ø Postulat 7: Potensi reaksi yang ditimbulkan oleh
dorongan
Kekuatan
kebiasaan disintesiskan kedalam potensi reaksi dengan dorongan-dorongan primer
yang timbul pada saat tertentu. Rumusannya adalah :
Potensi reaksi = SER = SHR
x D
Jadi,
potensi reaksi adalah fungsi dari seberapa sering respons diperkuat dalam
situasi itu dan sejauh mana dorongannya ada.
5. Faktor-faktor
yang melawan respon-respon
Ø Postulat 8: Pengekangan reaksi
Respon
memerlukan kerja, dan kerja menyebabkan keletihan yang pada akhirnya akan
menghambat respons. Reactive inhibiton (hambatan reaktif) [IR]
disebabkan kelelahan, tetapi secara otomatis akan hilang jika organisme
berhenti beraktivitas. Timbulnya suatu
reaksi menyebabkan pengekangan reaksi yang lain. Suatu kejemuan untuk
mengulangi respon. Pengekangan reaksi adalah penghamburan waktu yang spontan.
9
Ø Postulat 9: Pengekangan yang dikondisikan
(diisyaratkan)
Stimuli
yang dihubungkan dengan penghentian respon menjadi pengekangan yang
dikondisikan. Respon untuk tidak merespon dinamakan conditioned inhibition (SIR)
(hambatan yang dikondisikan). Baik itu IR maupun SIR
beroperasi melawan munculnya respons yang telah dipelajari dan karenanya
merupakan pengurangan dari potensi reaksi (SER). Ketika IR
dan SIR dikurangkan dari SER,
hasilnya adalah potensi reaksi efektif (SER).
Potensi reaksi efektif = SER
= SHR x D – (IR+ SIR)
Ø Postulat 10: Osilasi pengekangan
Potensial
pengekangan dihubungkan dengan potensial reaksi yang bergoyang terus menerus
pada waktu itu. Potensi penghambat itu dinamakan efek guncangan (SOR)
yang membahas sifat probabilistik dan prediksi perilaku.
Potensi reaksi efektif sementara = SER
= (SHR x D – [IR + SIR])
- SOR
6. Bangkitnya
respon
Ø Postulat 11: Reaksi ambang perangsang
Potensi
reaksi efektif yang momentum harus melampaui reaksi ambang perangsang sebelum
stimulus membangkitkan reaksi.
Ø Postulat 12: Kemungkinan reaksi diatas ambang
perangsang
Kemungkinan
respon adalah fungsi normal dari potensi reaksi efektif melampaui reaksi ambang
perangsang.
Ø Postulat 13: Latensi (keadaan diam atau berhenti)
10
Latensi
[STR] adalah waktu antara presentasi stimulus ke
organisme dan respon yang dipelajarinya. Makin potensi reaksi efektif melampaui
reaksi ambang perangsang makin pendek latensi respon, artinya respon makin
cepat timbul.
Ø Postulat 14: Hambatan berhenti (ekstingsi)
Makin
besar potensi reaksi efektif, makin besar respon yang timbul tanpa perkuatan,
sebelum berhenti atau ekstingsi.
Ø Postulat 15: Amplitudo respon (besarnya respon)
Besarnya
dorongan dilantari atau disebabkan oleh peningkatan kekuatan potensi efektif
reaksi dalam sistem saraf otonom.
Ø Postulat 16: Respon-respon yang bertentangan
Jika
potensi-potensi reaksi kepada dua atau lebih respon-respon yang bertentangan
terjadi dalam organisme pada waktu yang sama, maka hanya reaksi yang mempunyai
potensi reaksi yang lebih besar akan terjadi responnya (Parwira, 2012).
Aplikasi Teori Behavioristik Menurut Hull dalam Pendidikan
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur
dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan
11
pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar (Jarvis, 2012).
Teori belajar Hull adalah teori reduksi dorongan atau reduksi stimulus
dorngan. Mengenai soal spesiafibilitas tujuan, keterlibatan kelas, dan proses
belajar dari yang sederhana ke yang kompleks, Hull sepakat dengan Thorndike.
Menurutnya belajar melibatkan dorongan yang dapat direduksi. Sulit membayangkan
bagaimana reduksi dorongan primer dapat berperan dalam belajar di kelas,
tetapi, beberapa pangikut Hull (misalnya, Janet Taylor Spence) menekankan
kecemasan sebagai sebentuk dorongan dalam proses belajar manusia. Berdasarkan
penalaran ini, maka mereduksi kecemasan murid adalah syarat yang diperlukan
untuk belajar di kelas. Tetapi, terlalu sedikit kecemasan tidak akan
menimbulkan proses (karena tidak ada dorongan yang akan direduksi), dan terlalu
banyak kecemasan akan mengganggu. Karenanya, siswa yang merasakan kecemasan
ringan ada dalam posisi terbaik untuk belajar dan karenanya lebih mudah untuk
diajari.
Latihan harus didistribusikan dengan cermat agar hambatan tidak muncul.
Guru Hullian akan membagi topik–topik yang diajarkan sehingga pembelajaran
(siswa) tidak akan kelelahan yang bisa mengganggu proses belajar. Topik – topik
itu juga diaturkan sedemikian rupa sehingga topik yang berbeda – beda akan
saling berurutan.
12
Misalnya, urutan pelajaran yang baik adalah matematika, pendidikan olahraga,
bahasa Inggris, seni, dan sejarah (Jarvis, 2012).
Miller dan Dollard (1941) meringkaskan aplikasi teori Hull untuk pendidikan
sebagai berikut: Driver: Pembelajaran harus menginginkan sesuatu. Cue:
Pembelajaran harus memerhatikan sesuatu.Response: Pembelajaran harus
melakukan sesuatu. Reinforcement: Respons pembelajaran harus membuatnya
mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.
Menurut
teori Hull, kondisi yang disusun secara optimal akan mempermudah siswa untuk
belajar. Belajar di kelas dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe yaitu:
stimulus discrimination, respon differentions, dan reward/punishment
konsequences. Proses belajar dibedakan menjadi belajar tentang kebiasaan dan
belajar tentang incentiv (Parwira, 2012).
Terdapat
dua motivasi terhadap belajar siswa yaitu dorongan atau kebutuhan siswa
terhadap situasi belajar dan harapan murid terhadap konsekuensi belajar. Adanya
dorongan belajar, maka belajar merupakan penguatan. Makin banyak belajar, makin
banyak reinforcement (penguatan) menjuadi makin besar motivasi untuk
menggunakan respon yang menuju keberhasilan belajar. Oleh karena itu guru atau
kepala sekolah harus merencanakan kegiatan belajar berdasarkan pengamatan yang
dilakukan terhadap dorongan yang mendasari siswa.
13
Belajar
dipandang sangat erat dengan adaptasi survival. Beberapa pertanyaan dasar yang
menurut teori Hull sangat berperan dalam proses pembelajaran di kelas adalah:
Ø Bagaimana menyediakan stimuli di kelas dalam usaha membantu
kegiatan belajar siswa ke arah pencapaian tujuan pendidikan dan tujuan-tujuan
pengajaran?
Ø Apa kebutuhan yang paling penting dari setiap siswa?
Ø Penghargaan apa yang harus
disediakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa?
Ø Bagaimana cara untuk meningkatkan dorongan belajar pada
siswa?
Ø Bagaimana merencanakan kegiatan belajar dengan
memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan siswa dan penghargaan-penghargaan yang
diperlukan?
Ø Bagaimana cara meningkatkan
kebutuhan membuat kegiatan di kelas agar lebih sesuai dan lebih tepat dengan
kebutuhan siswa? (Ahmad & Supriyono, 2008)
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut apabila dikaji secara seksama akan memberikan arah dan rambu-rambu
bagaimana pengajaran di kelas harus dilakukan. Arah dan rambu-rambu tersebut
adalah :
Ø Pentingnya tujuan bagi siswa, yang dirumuskan melalui
tujuan-tujuan pembelajaran
Ø Pemberian stimulus oleh guru ditujukan pada pencapaian
tujuan pengajaran
14
Ø Keberhasilan belajar dipengaruhi
oleh ada tidaknya kebutuhan belajar pada diri siswa
Ø Motivasi sangat penting dalam pengajaran sesuai dengan
kebutuhan siswa.
Ø Program belajar-mengajar harus
dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan siswa.
Ø Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dijadikan dasar dalam
menyusun teori pengajaran.
15
IV.
SIMPULAN
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Teori belajar behaviorisme adalah
teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon.
2. Teori behaviorisme menurut Hull
dikelompokkan dalam enam kategori dan 16 postulat. (1) Tanda-tanda
luar yang mendorong atau membimbing tingkah laku dan representasi neuralnya
atau saraf, (2) Respon terhadap kebutuhan, hadiah, dan kekuatan kebiasaan, (3)
Stimulus pengganti (ekuaivalen), (4) Dorongan-dorongan sebagai akitivator
respon, (5) Faktor-faktor yang melawan respon-respon, (6) Bangkitnya respon.
Aplikasi teori Hull dalam pendidikan yaitu: Driver:
Pembelajaran harus menginginkan sesuatu. Cue: Pembelajaran harus
memerhatikan sesuatu.Response: Pembelajaran harus melakukan sesuatu. Reinforcement:
Respons pembelajaran harus membuatnya mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.
`16
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami
sampaikan . Terima kasih atas
perhatiannya. Apabila ada kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kemajuan dan perbaikan bersama. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta : PT.
Rineka Cipta. 2002.
2.
Hergenhahn, B. R & Matthew H.
Olson, Theories of Learning (Teori
Belajar), Jakarta : Kencana, 2010.
3.
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:
CV. Rajawali
Komentar
Posting Komentar